Naya pikir, setelah ia berhasil menjadi seorang dokter, ia akan terbebas dari kehidupan monoton yang tidak jauh-jauh dari buku dan buku. Namun nyatanya, kehampaan itu tak kunjung hilang meskipun ia sudah mencoba menyibukkan diri dengan mengobati pasien sepanjang hari. -o0o- Di usianya yang sudah sematang itu, Anseno tidak pernah luput dari pertanyaan, "Kapan kamu akan menikah?" dari orang-orang di sekitarnya. Bahkan tidak jarang kakaknya melontarkan cibiran pedas agar laki-laki itu segera menutup sesi seleksi alam dan secepatnya memilih calon istri yang akan ia nikahi. Di samping itu, dalam kehidupannya sebagai seorang jaksa, ia tengah disibukkan dengan setumpuk kasus yang harus ia selesaikan dengan benar. Dihadapkanlah Anseno dengan salah satu kasus yang membuat ia harus berurusan dengan dokter yang menangani korban. Siapa yang menyangka, keterlibatannya dengan dokter tersebut tidak hanya tentang kasus yang ia selidiki, tetapi juga tentang hatinya.